Be the first to review this e-book.
Memang sudah tidak ada lagi yang peduli terhadap surau itu. Dibiarkan dimamah usia dan nyaris roboh. Hanya Ibrahim seorang sahajalah yang berjuang mati-matian menghidupkannya, memakmurkannya, mencintainya sepenuh jiwa.
Bahkan melampaui kecintaannya kepada diri sendiri dan wanita yang mencintainya. Dia berjuang keras sentiasa menghadirkan Allah di hatinya, di surau itu, di...
View More
Memang sudah tidak ada lagi yang peduli terhadap surau itu. Dibiarkan dimamah usia dan nyaris roboh. Hanya Ibrahim seorang sahajalah yang berjuang mati-matian menghidupkannya, memakmurkannya, mencintainya sepenuh jiwa.
Bahkan melampaui kecintaannya kepada diri sendiri dan wanita yang mencintainya. Dia berjuang keras sentiasa menghadirkan Allah di hatinya, di surau itu, di lingkungan itu.
Dan, pilihan cintanya terhadap rumah Allah menghantarnya pada kemelut yang terjal, perih, berselimut luka, berderai air mata bahkan harga diri dan jatidirinya di mata orang-orang yang berusaha merobohkannya.
View Less